Saturday, March 17, 2012

Wisata Taman Makam Seniman Yogyakarta




Di setiap daerah pastilah mudah ditemukan makam, demikian pula di Yogya. Bahkan di Yogya, selain mudah ditemukan makam umum, dikenal pula makam raja-raja Mataram, yang dikenal dengan nama Imogiri. Selain di Imogiri, ada pula makam Kotagede. Di makam ini pendiri Mataram, Panembahan Senapati di makamkan.

Seperti orang sudah tahu, bahwa makam adalah tempat orang yang sudah meninggal. Dan laiknya orang yang sudah meninggal, di tempat tinggal mereka yang disebut makam tidak lagi ada struktur. Semua sama, karena sudah tidak berdaya.

Di Yogya, selain ada makam Imogiri dan Kotagede serta makam umum. Ada satu makam yang sifatnya khusus, dalam arti tidak semua orang bisa dimakamkan di tempat itu. Makam tersebut dikenal sebagai makam seniman/budayawan “Giri Sapto” yang letaknya tidak jauh dari makam Imogiri.

Letak makam seniman/budayawan ini ada di bukit, sehingga lokasinya tidak datar sebagaimana umumnya makam umum. Hampir menyerupai makam Imogiri, makam seniman/budayawan ini juga menggunakan tangga untuk menuju lokasi makam. Posisi paling atas seperti menjulang ke langit seolah hendak menuju “dunia lain”. Belum banyak seniman/budawayan yang sudah meninggal dan dimakamkan di tempat ini. Namun memang sudah ada beberapa seniman/budayawan yang sudah meninggal dan di makamkan di tempat ini. Misalnya, ada sastrawan Kirjomulyo, ada pelukis H. Widayat, ada sastrawan Jawa dan tokoh seni tradisi, Handung Kus Sudyarsono. Ada tokoh musik Liberti Manik dsb.

Sering orang pernah mendengar nama seniman yang memang sudah terkenal, tetapi jarang mengenal karyanya. Atau tidak pernah mendengar namanya, atau mungkin malah hanya sayup-sayup mendengar, tetapi pernah mendengar dan atau melihat serta menikmati karyanya. Dari makanm seniman/budayawan, kapan orang berkunjung, pada akhirnya, barangkali akan mengenalnya. Umpama, jarang sekali atau asing akan nama Kirjomulyo, tetapi dengan berkunjung ke makam seniman/budayawan kemudian akan mengenalnya. Apalagi di dinding dekat pusara Kirjomulyo di pahatkan salah satu puisi karyanya, sehingga orang bisa mengenal contoh karya sastra dari sastrawan yang jasadnya ada di makam seniman/budayawan.

Tidak semua seniman/budayawan yang sudah meninggal diwajibkan dimakamkan di makam seniman/budayawan “Giri Sapto”. Keluarga bersangkutan mempunyai hak untuk memilih di mana akan dimakamkan. Hanya dihimbau untuk bersedia dimakamkan di sana. Misalnya, pelukis Affandi yang sudah meninggal tidak dimakamkan di makam seniman/budayawan. Padahal orang sudah tahu, bahwa Affandi adalah pelukis hebat yang namanya sudah melintasi benua.

Dari makam seniman/budayawan, tidak memberi kesan angker, atau kalau dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan wingit. Di makam seniman/budayawan ini suasana seperti itu tidak tampak. Bahkan malah memberi kesan tidak angker, tidak wingit.

Kalau kebetulan singgah di Yogya dan kebetulan pula menyempatkan diri pergi ke makam raja-raja Mataram di Imogiri. Tak ada jeleknya sejenak mampir ke makam seniman/budayawan untuk kembali bertemu dan mengenali tokoh yang barangkali sudah dikenalnya.

Tembi.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...